Minggu, 05 November 2017

Berwisata Sambil Sembuhkan Penyakit di Cibolang

(foto: Pemandian air panas Cibolang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung/ dok penulis)
Mau berlibur sekaligus mendapatkan manfaat? pemandian air panas Cibolang yang berada di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, layak penulis rekomendasikan untuk menjadi pilihan para wisatawan berlibur di akhir pekan.

Dari informasi yang didapatkan, sumber air panas di kolam pemandian Cibolang berasal dari Gunung Wayang Windu dengan tingkat panas 43 derajat. Sebelum mengalir menuju kolam pemandian tingkat kepanasannya sekitar 64 derajat.

Tak heran, bila air panas di tempat ini mengandung ph 7,8. Dengan kandungan tersebut kolam pemandian ini tentu bisa menjadi terapi berbagai penyakit. Seperti penyakit kulit, rematik, encok, asam urat dan lainnya.

Perjalanan menuju objek wisata pemandian air panas ini pun terbilang cukup menyenangkan. Sepanjang perjalanan, hamparan kebun teh dibawah pengelolaan PTPN VIII Malabar nampak menyejukan mata.

Tak hanya itu secara geografis pemandian air panas yang dan berbatasan dengan Gunung Wayang Windu ikut menghadirkan sensasi berbeda sehingga tak heran setiap pengunjung yang datang ke tempat ini disuguhi hijaunya pepohonan dan semilir angin yang secara langsung terasa saat berendam.

Humas Pemandian Air Panas Cibolang Zenal Arifin mengatakan, pemandian air panas Cibolang ini, didirikan dan diresmikan pada 1985 lalu. Sebelum dibangun dan dikembangkan seperti ini, Cibolang hanya sebuah pancuran-pancuran tempat mandi warga sekitar.

Selain menikmati air panas, tambah Zaenal, para pengunjung ditempat ini pun bisa melihat kepulan asap yang keluar dari perut bumi. Namun, untuk bisa melihat langsung keajaiban alam ini, pengunjung harus berjalan kaki ke dalam hutan Gunung Wayang Windu sejauh kurang lebih 750 meter.

“Kepulan asap kawah yang menjadi daya tarik pengunjung itu, dikenal oleh warga sekitar dengan nama Kawah Burung, burung dalam Bahasa Sunda artinya tidak jadi. Artinya, Kawah Burung, adalah kawah yang tidak jadi,” tuturnya.

Seorang wisatawan Yuli Fajar, 30, mengaku berwisata ke pemandian air panas Cibolang memberikan pengalaman yang berbeda. Meskipun akses jalannya kurang bagus, tapi semua terbayar lunas setelah tiba dilokasi yang sejuk dan asri.

“Rasanya semua penat hilang seketika. Di tempat ini pengunjung dimanjakan dengan tiga kolam rendam air panas untuk anak-anak dan orang dewasa. Air panas di kolam ini berasal dari delapan sumber mata air dari Gunung Wayang Windu, kolamnya juga bisa jadi terapi,” ungkapnya.

Berkreasi Dengan Memanfaatkan Limbah Koran

(foto: Kurdaman/ dok penulis)
Tak ada rotan akar pun jadi. Itulah mungkin pribahasa yang melatar belakangi Kurdaman, 54, warga Kampung Neglasari, Desa Ciapus, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, membuat kerajinan berbahan dasar limbah koran.

Mulai dari tempat tisu, assesoris lampu, celengan, miniatur menara, hingga bangunan menyerupai gedung sate yang merupakan simbol Jawa Barat menjadi kreasi dari hasil kelihaian tangannya.

Bahkan, belum lama ini ayah dari dua orang putri itu menyabet juara pertama dalam kategori 'Pembuatan Kerajinan Berbahan Dasar Limbah' seiring dengan karyanya membuat tempat lampu pijar berbahan dasar bekas bungkus rokok.

Event yang digelar oleh salah satu perusaahan rokok terkemuka di Indonesia itu tentunya menambah deretan panjang penghargaan yang diterima Kurdaman setelah sebelumnya selalu mendapat apresiasi dari pemerintah setempat.

Pemanfaatan limbah kertas yang dikembangkan Kurdaman yang sudah berjalan selama 7 tahun sejak 2010 lalu itu rupanya ikut membuat pesanan dari dalam maupun luar kota terus mengalir. Mulai dari Yogyakarta, Semarang, Jakarta, dan beberapa daerah lain seiring dengan keikutsertaannya di event pameran.

Pria kelahiran Indramayu itu juga kerap kewalahan ketika orderan tinggi karena tidak memiliki pekerja tetap. "Untuk saat ini saya membuat berbagai kerajinan (limbah koran) itu dibantu oleh para pelajar dan warga sekitar. Mereka ikut merangkai kertas yang terlebih dulu dilinting," ujarnya.

Tujuan dirinya mengikutsertakan masyarakat dalam usahanya itu sebagai upaya sosialisasi agar limbah yang dianggap tidak memiliki fungsi pada dasarnya jika diolah dengan baik dapat menjadi barang yang bernilai ekonomis.

Kurdaman juga ingin  ikut memberikan peluang mendapatkan penghasilan tambahan ketika seseorang punya kreatifitas. Untuk satu kilo koran seharga Rp3.000, dirinya dapat membuat 1 bentuk jenis kerajinan.

"Untuk harga saya mematok antara Rp25.000 hingga Rp50.000. Mulai dari tempat tisu, assesoris lampu, celengan, serta miniatur menara," ungkapnya.

Ketika ditanya dari mana datangnya ide pembuatan kerajinan dari limbah koran ini, Maman sapaan akrabnya mengaku awal mula datang dari warga serta permasalahan lingkungan sekitarnya.

Meski dirinya harus memutar otak tetapi secara bertahap akhirnya pengembangan ekonomi kreatif dengan menyulap limbah kertas koran menjadi aneka kerajinan dapat diwujudkan.

"Saya juga saat ini mencoba mengubah mindset masyarakat dengan intensif memberikan pelatihan terhadap masyarakat, para ibu PKK, serta sejumlah Karangtaruna,"tuturnya..

Alumnus Diploma 3 Akademi Teknologi Mandala (ATM) Bandung tahun 1987 itu juga kini tengah mencoba memanfaatkan limbah lain yaitu kayu untuk kembali dibentuk menjadi sebuah kerajinan tangan seperti miniatur hewan, dan wayang.

Dia juga berharap kedepan langkah yang dilakukannya ini dapat memberikan hasil nyata yaitu sebuah penyadaran betapa pentingnya peran serta masyarakat menjaga lingkungan.

"Kalau keuntungan material itu relatif dari bisnis ini saya mendapatkan keuntungan sekitar Rp5 juta perbulan. Tapi manfaat lainnya semoga saja dapat menuntaskan persoalan sampah," ucapnya.

Sabtu, 04 November 2017

Lucu, Ada Tempat Pembuangan Sampah "Pink" di Bandung

(foto: Tempat Pembuangan Sampah (TPS) berwarna serba pink atau merah jambu berada di Jalan Raya Katapang, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung/ dok penulis)
Berbagai cara kini tengah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung untuk mengedukasi masyarakat agar mau ikut serta menjaga lingkungannya dari pencemaran.

Salah satu diantaranya dengan menghadirkan 'Pojok Edukasi' di Jalan Raya Katapang, Kecamatan Katapang, sejak awal tahun 2017 dengan memanfaatkan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar dilokasi itu.

Uniknya pemerintah setempat melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) yang ditunjuk sebagai penanggungjawab di sektor kebersihan membuat terobosan baru agar kampanye bersih sampah di ibukota Soreang itu bisa terwujud.

Seperti dengan cara memvariasikan warna merah muda atau pink yang melekat kuat dengan kaum hawa di "Pojok Edukasi".

Selain itu, truk yang dijadikan sebagai tempat penampungan sampah pun dipoles dengan warna merah muda sebagai ajakan agar masyarakat dapat mencintai tempat pembuangan sampahnya.

Sebagai upaya memelihara TPS instansi terkait juga ikut melengkapi area tersebut dengan taman kecil dihiasi dengan sejumlah pot pot bunga sehingga kebersihan di kawasan itu terjaga.

Kepala DLHK Kabupaten Bandung Asep Kusuma berharap dengan hadirnya pojok edukasi di salah satu ruas jalan protokol itu sebagai program instansinya yang telah berkomitmen menhaga kebersihan.

"Kami juga ingin mengubah mindset masyarakat soal keberadaan TPS yang semerawut dan tidak tertata akibat tumpukan sampah," ujar Asep kepada penulis.

Menurut Asep, pojok edukasi yang baru ada di satu titik ini juga rencananya akan kembali dikembangkan dibeberapa wilayah lainnya di Kabupaten Bandung. Khususnya di lahan bekas TPS baik itu yang resmi dihadirkan pemerintah atau yang liar.

"Soal warna merah muda, kami sengaja memilih warna itu karena merah muda memiliki arti penuh kasih sayang. Itu salah satu kampanye agar warga mencintai lingkungannya," tutur dia.

Seorang warga Katapang Syamsudin, 32, mengapresiasi kebijakan pemerintah setempat menghadirkan TPS yang saat ini menjadi pojok edukasi bersih sampah didaerahnya. Apalagi, keberadaan nya begitu kreatif dengan memoles lokasi yang sebelumnya TPS liar dengan warna merah muda.

"Sepertinya baru di Kabupaten Bandung punya TPS warna pink. Bagus lah kreatif, semoga bisa terus dikembangkan," katanya

Bakal Ada Taman Baru di Kota Bandung?

(foto: dok Humas Pemkot Bandung)
Kota Bandung dalam waktu dekat akan kembali memiliki taman tematik baru. Taman yang akan dibangun itu adalah Taman Asia Afrika di kawasan Jalan Kiaracondong.

Dari informasi yang diterima penulis, taman tersebut didedikasikan kepada sejarah yang pernah tertorehkan Indonesia pada tahun 1955.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, hadirnya ruang terbuka hijau baru itu merupakan permintaan dari negara-negara Asia dan Afrika. Bandung menurutnya, perlu memiliki tempat yang merepresentasikan sejarah Konferensi Asia Afrika selain Gedung Merdeka.

"Saya putuskan taman itu bukan sekadar taman dan hutan kota, tapi punya tema sejarah namanya Taman Asia Afrika," tutur Ridwan saat melakukan peletakan batu pertama pembuatan Taman Asia Afrika di Jalan Kiaracondong.

Taman tersebut akan dibangun seluas 2,6 hektar. Luasan tersebut merupakan kewajiban pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di atas lahan seluas 13 hektar milik Pemerintah Kota Bandung yang akan dibangun kemudian hari.

Pembangunan RTH tersebut didahulukan agar manfaatnya langsung bisa dirasakan oleh masyarakat. Adapun pengerjaan taman tersebut diperkirakan akan memakan waktu 5-6 bulan.

"Sesuai janji saya dulu, bahwa penataan kawasan Kiaracondong ini kita mendahulukan hutan kota dan taman kota dengan temanya Taman Asia Afrika. Janji itu sampai di hari ini," katanya.

(foto: dok Humas Pemkot Bandung)
Di taman tersebut, selain akan menjadi ruang rekreasi dan edukasi, ada juga fungsi untuk penahan banjir. "Jadi tidak hanya estetika tapi untuk memastikan menjadi serapan saat hujan, jadi saluran-saluran kita arahkan dengan teknologi filter air," jelasnya.
Lelaki yang akrab disapa Emil itu menjelaskan, pembangunan infrastruktur di lokasi tersebut dilakukan oleh pihak swasta dengan mekanisme kerja sama investasi
"Diharapkan ini akan lebih fair. Income buat pemkot-nya insya Allah lebih besar. Sudah dicek ke BPKP untuk asas keadilannya, saya kira ini akan luar biasa," terangnya.

Pengelolaan sisa lahan di Jalan Kiaracondong itu juga akan langsung dikerjasamakan dengan PT. BII. Berbagai infrastruktur akan dibangun, bentuknya bisa berupa zona ekonomi atau hunian, sesuai dengan kebutuhan.

"Kalau hunian, dari 100%, ada 20% harus untuk pasar menengah bawah. Pasar ini kita dahulukan untuk warga yang pernah tinggal di sini," katanya.

'Stop !! Merokok di dalam Ruangan'

 #SAUNG NGAROKO

(foto: dok penulis)
Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, serta bebas dari paparan asap rokok menjadi sebuah misi utama yang kini tengah diupayakan oleh Aparat Pemerintahan Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk.

Demi merealisasikan hal tersebut, salah satu daerah yang berada di Kabupaten Bandung, Jawa Barat itu melakukan sebuah inovasi dengan membangun sebuah 'SANGAR' atau Saung Ngaroko.

Saung tersebut diperuntukan khusus bagi para perokok baik untuk staf desa yang biasa merokok didalam ruangan saat melakukan pelayanan, serta masyarakat umum yang hendak melakukan kepengurusan administrasi.

Saung yang telah berdiri hampir dua tahun lalu itu berada tak jauh dari area kantor desa. Rupanya, pembangunan saung tersebut atas inisiatif Kepala Desa Sudrajat Wijaya.

Kehadiran 'SANGAR' ini juga membuat Desa Langonsari pernah mewakili Kabupaten Bandung di lomba KB Kes tingkat Jabar. Bahkan seiring berjalannya waktu, tempat yang dapat dimanfaatkan untuk beristirahat baik bagi pegawai atau masyarakat sering menjadi lokasi studi banding dari daerah lain.

Kepada penulis, Kaur Umum Desa Langonsari Ateng Suryana mengatakan, saung ngarokok yang berada di desanya ini sengaja dibangun sebagai salah satu upaya untuk ikut mengkampanyekan hidup sehat.

Selain itu, lanjut dia, keberadaan saung itu agar tidak lagi merokok didalam ruangan termasuk bagi para abdi negara saat melakukan pelayanan pada masyarakat.

"Sebab, bila merokok diruangan itu tetap dilakukan tentu akan mengganggu kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar akibat paparan asap rokok," ujar Ateng saat berbincang beberapa waktu yang lalu.

Menurut dia, langkah pelarangan para staf dan masyarakat agar tidak merokok disembarangan bukan untuk kepentingan pribadi. Melainkan sebagai upaya penyelematan bagi para perokok pasif kedepannya.

Untuk itu, aparat didesanya berharap dengan keberadaan saung ini menjadi langkah sosialisasi sekaligus memberikan contoh nyata pada masyarakat.

"Respon dari warga juga sangat baik, mereka bahkan mengikuti aturan. Kadang sesekali kami lakukan peringatan saat masyarakat menguruskan administrasi merokok sembarangan," katanya.

Disatu sisi, Ateng mengaku, kehadiran saung ngarokok ini secara tidak langsung memberikan terapi agar para pecandu rokok dapat secara perlahan berhenti merokok.

Karena, yang dirasakannya sebagai perokok sejak adanya sarana ini dirinya mulai mengurangi aktifitas merokok sebab lebih sibuk melayani masyarakat.

"Sambil bekerja, biasanya sehari habis lebih dari 6 batang rokok namun setelah adanya saung ini sehari hanya satu atau dua batang. Semoga memang memang bisa dirasakan pula oleh masyarakat yang lain," tuturnya.

warga setempat Deden, 44, mengaku sangat mengapresiasi inovasi yang diterapkan di Desa Langonsari. Pasalnya, dengan adanya tempat khusus yang disediakan untuk para perokok membuat lingkungan lebih bersih termasuk dari potensi polusi udara yang ditimbulkan dari asap rokok.

Dirinya juga berharap bila pelarangan untuk merokok didalam ruangan dapat ikut diterapkan dibeberapa kantor desa, atau kantor pelayanan publik lainnya sebagai wujud cinta terhadap lingkungan sekitar.

"Saya juga menilai bila Pemkab pantas memberikan rewards atas inovasi dari jajaran terendah di pemerintahan ini. Karena bisa juga menjadi pilot project
di Kabupaten Bandung," ungkapnya.

Jumat, 03 November 2017

Kota Bandung Jalin Kerjasama Dengan India

(foto: dok Humas Pemkot Bandung)
Kota Bandung dengan India memang memiliki sejarah tersendiri. Pada tahun 1955 pemimpin India Sri Pandit Jawaharlal Nehru pernah menginjakkan kakinya di Kota Kembang bersama Presiden Republik Indonesia (RI) pertama Soekarno.

Kala itu, negara yang dikenal dengan sebutan bollywood itu ikut menggagas Konferensi Asia Afrika (KAA) bersama beberapa negara termasuk Indonesia. Berangkat dari itu, sepertinya membuat Wali Kota Bandung Ridwan Kamil ingin kembali menjaga sejarah tersebut.

Memasuki tahun 2017 ini daerah yang dikenal Paris van Java itu bakal menjalin kerjasama dengan India.  Hal itu ditandai dengan kedatangan Duta Besar India Pradeep Kumar Rawat ke Pendopo Kota Bandung, Kamis (2/11/2017), kemarin.

Ridwan mengatakan, untuk memulai kerjasama ini daerahnya akan menggelar festival kebudayaan India pada malam tahun baru nanti. "Selama ini kita belum pernah (menggelar acara) tematik  kalau tahun baruan. Kita mulai saja dengan tema India," ungkap Ridwan.

Dari Informasi yang diterima penulis, Kota Bandung juga berencana akan menjalin kerja sama sister city di India. Namun, baik Ridwan maupun Pradeep belum menyebutkan kepastikan kota di India yang menjadi target kerjasama.

Selain diplomasi budaya dan sister city, Pemerintah India juga menawarkan beasiswa capacity building untuk aparatur pemerintah Bandung di India. Selama ini, orang nomor satu di Kota Bandung sering menyekolahkan para pegawai terbaiknya ke luar negeri untuk peningkatan kapasitas diri.
(foto: dok Humas Pemkot Bandung)
Dalam kesempatan tersebut, Duta Besar India Pradeep menyambut baik ide spontan yang digagas Wali Kota bandung Ridwan Kamil. Ia bahkan berencana untuk membawa serta kebudayaan India untuk tampil  di Kota Bandung.

Pradeep menjelaskan, bila negaranya telah menjadi rujukan kesehatan bagi negara-negara Asia Tengah dan Timur Tengah. Hal itu karena biaya yang dikeluarkan untuk berobat kesehatan di sana relatif lebih murah.

Lebih lanjut, kata dia, tak menutup kemungkinan bila negaranya dengan Kota Bandung akan berkolaborasi dan bekerjasama dibidang kesehatan. " Kami juga memproduksi obat-obatan yang dijual ke 50 negara di Afrika," pungkasnya.

Berkat Soleh Lokasi Gersang Kini Menjadi Kawasan Hijau

(foto: Soleh menunjukan torn penampung air di Kampung Sepen RT 03/13, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung/ dok penulis)
Warga Kampung Sepen RT 03/13, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, patut untuk berterima atas upaya salah seorang warganya Soleh, 50. Berkat kerja kerasnya dalam kurun waktu lima tahun terakhir pria kelahiran Pandeglang, Banten, itu berhasil mengubah salah satu kampung di Baleendah yang sebelumnya gersang menjadi hijau

Soleh yang kini dipercaya sebagai Ketua RT setempat menjadi yang menginisiasi sekaligus yang pertama kali mengkampanyekan agar para warga mau menanam pohon di area yang yang sejarahnya minim akan sumber air. Hal itu lantaran kawasan tersebut berada tepat dibawah di gunung batu Baleendah.

Berdasarkan informasi dari warga sekitar, sudah puluhan tahun kebutuhan air bagi 253 kepala keluarga yang menetap dilokasi tersebut sering tak tercukupi. Tapi, memasuki awal tahun 2015 masyarakat secara bertahap mulai merasakan mudahnya mendapat air dari upaya penghijauan yang dilakukan Soleh.

Bahkan, saat ini sebanyak 5 unit torn telah hadir untuk difungsikan menampung air dengan kapasitas 11.000 kubik. Air dalam torn itu disediakan hasil dari penyedotan sumur bor yang menjadi pemasok air utama dari kampung tersebut.

Kepada penulis, ayah dari tiga putri itu menuturkan, bila yang dilakukannya sejak awal hingga kini bukan tanpa perjuangan. Salah satunya, ketika mencoba mengajak masyarakat untuk bersama melakukan penghijauan dikawasan pemukiman yang saat itu kondisinya sudah mengkhawatirkan.

"Saya fikir wajar bila disini air sangat sulit didapatkan. Selain karena tidak ada mata air, pemukiman yang berada diarea gunung batu, lahan juga disini jauh dari kesan hijau sejak tahun 90'an
," kata Soleh.

Dirinya yang mulai menetap ptahun 2009 silam itu juga langsung menyiapkan uang yang nilainya tak sedikit hanya untuk sekedar membeli lahan demi memberi contoh agar masyarakat mengetahui betapa pentingnya kesadaran merawat lingkungan seperti menanam pohon.

Saat itu, sekitar 4 hektar lahan yang berada diatas kawasan pemukiman warga mulai Soleh hijaukan sendiri. "Ada beberapa jenis pohon yang mulai saya tanam seperti Albasiah, somsi (kayu hutan), kopi, kayu jati, hingga beberapa buah-buahan jeruk," tuturnya.

Walau sempat dicaci maki dan diremehkan dengan usahanya itu, akhirnya satu tahun kemudian Soleh mendapat respon positif dari masyarakat. Beberapa warga juga ikut mau melakukan penanaman pohon di sekitar rumahnya dengan harapan dapat membantu penghijauan.

"Dari situ (penghijauan) kami dan warga disini bersama-sama melakukan proses pengggalian sumber air membuat sumur bor. Beberapa kali kami gali dan terus digali. Saya fikir menggali tanah saat ada pepohonan akan membuahkah hasil," tuturnya.

Lebih lanjut, kata Soleh, begitu telah melakukan beberapa kali penggalian sekitar 200 meter dari area permukiman dirinya dan warga menemukan sumber air walaupun dengan kedalaman lebih dari 14 meter.

Menurut dia, kehadiran sumur ini tak terlepas dari upaya penghijauan yang dilakukannya bersama masyarakat setempat. Karena bagi soleh secara lahiriah tidak akan ada sumber air diarea pegunungan yang berkontur bebatuan.

"Tapi kan semua itu bisa terjawab seandainya ada usaha. Dan inilah hasilnya. Dulu daerah ini gersang tanpa air, sumur pun kering, tapi kini perlahan telah berubah menjadi lebih hijau," ungkapnya.

Peniup Terompet Sunda asal Kabupaten Bandung Pecahkan Rekor MURI

(foto: dok penulis)
Penggiat seni yang berasal dari 14 paguron di Kabupaten Bandung berhasil menorehkan prestasi beberapa waktu lalu. Para seniman trasional itu memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori peniup terompet khas sunda terbanyak sepanjang sejarah dalam gelaran kesenian.

Senior Manager MURI Awan Suwargo, mengatakan pihaknya memberikan piagam penghargaan kepada seniman asal ibukota Soreang itu setelah mampu mencetak rekor baru di bidang kesenian dan kebudayaan.
"Tercatat sebanyak 73 peniup terompet ikut dalam pagelaran seni yang belum pernah digelar sebelumnya," ujar Awan kepada penulis.

Menurut Awan, selain mencetak rekor baru di Indonesia para peniup terompet yang biasa mengiringi kesenian pencak silat ini menjadi yang pertama menorehkan prestasi di tingkat dunia.
"Sejumlah seniman ini secara serentak memainkan terompet dalam kurun waktu 1 jam. Mereka juga tercacat bisa mengolaborasikan alunan nada musik tradisional dengan iringan suara alat musik modern," ucapnya. 

Dalam kesempatan itu, Bupati Bandung Dadang M Naser mengaku sangat bangga dengan penghargaan MURI ini. Terutama diberikan untuk para penggiat seni diwilayahnya yang sangat kreatif hingga mampu mencetak rekor pertama di dunia.
"Apalagi keberadaan para peniup terompet tradisional sunda sudah jarang ditemukan. Penghargaan ini semoga jadi awal dari kebangkitan seniman sunda," ungkapnya.

Dadang melihat hampir ditiap pertunjukan kesenian tradisional Sunda tak banyak yang melihat para peniup terompet ini penting. Bahkan, warga merasa para penari, pemain pencak, dan pemain kendang lah yang kehadirannya begitu vital.
"Padahal peniup terompet perannya besar. Semoga dengan penghargaan ini mereka bisa tetap eksis. Ini yang akan terus kami pelihara," tutur dia.

Penggagas ide pembuatan rekor MURI Yoyon Darsono mengaku bangga dengan torehan prestasi ini. Dirinya ingin rekor MURI menjadi kado untuk Kabupaten Bandung yang memperingati hari jadinya ke 376.
"Saya dan para penggiat seni lainnya akan terus melakukan inovasi mengangkat budaya Sunda Kabupaten Bandung ke kancah yang lebih tinggi. Alhamdulillah kami berhasil mencetak rekor baru," ungkapnya.

Kamis, 02 November 2017

Kurma Ternyata Bisa Tumbuh di Area Perbukitan

(foto: Sultan Rustana, petani yang mengembangkan buah kurma diarea perbukitan/ dok penulis)
Siapa yang tak kenal dengan kurma. Salah satu jenis buah-buahan yang berasal dari kawasan timur tengah itu biasa dikonsumsi sebagai menu takjil untuk berbuka puasa sesuai dengan tradisi umat muslim usai menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan.

Selain manis, kurma yang sering menjadi buah tangan ketika para jemaah haji melakukan ibadah ke tanah suci juga sangat multiguna. Karena dapat berfungsi untuk meregulasi proses pencernaan tubuh seiring dengan kandungan yang ada didalamnya seperti vitamin, mineral, dan serat.

Namun tahukah bila pohon kurma yang belakangan hanya diketahui oleh masyarakat umum dapat tumbuh di daerah bersuhu kering tapi rupanya bisa dikembangkan pula diarea perbukitan beriklim tropis.

Seperti halnya yang kini dilakukan salah seorang petani Kampung Gambung, RT03/02, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Sultan Rustana, 64. Dirinya telah 4 tahun mengembangkan buah kurma di lahan seluas 1.400 meter persegi bahkan kini memiliki sekitar 100 pohon siap panen.

Sultan mengaku sedikit terkejut bila biji kurma yang sempat dilemparkan ke halaman (pekarangan) yang tak jauh dari rumahnya itu malah tumbuh menjadi pohon kurma. Pria yang berlatar belakang sebagai kontraktor itu pun kemudian mencari informasi untuk mengembangkan pohon kurma.

"Waktu saya bersihkan kebun saat itu, liat di pot ada biji kurma yang saya lempar ternyata sudah ada akarnya. Saya lalu coba tanam di lahan pinggir rumah," ujarnya kepada penulis.

Awalnya, tutur Sultan, biji kurma yang ditanam secara sengaja malah sempat gagal berbeda dengan beberapa biji yang dilemparkan sebelumnya. Menurut dia, dari 100 biji yang ditanam kala itu hanya dua bibit saja yang berakar.

Dirinya pun terus berfikir sekaligus mencari informasi selengkap mungkin terkait proses penanaman biji kurma agar bisa menghasilkan.

"Katanya sebelum ditanam biji harus direndam pakai air hangat selama seminggu. Setelah itu pakai obat pemacu tumbuhan dan dibungkus kain basah," tuturnya.

Upaya Sultan pun perlahan membuahkan hasil. Akar dari biji kurma yang ditanamnya mulai mengeluarkan akar bahkan kini pohon kurma yang paling tua dilahannya sudah berusia empat tahun.

Meski belum banyak pohon yang menghasilkan buah mamun sejumlah konsumen yang datang kekebunnya sudah memesan dengan harga antara Rp300.000 hingga Rp3juta sesuai tinggi dan umur pohon.

"Tinggal menunggu beberapa tahun lagi untuk panen. Kalau pembeli berasal dari Jakarta, Bogor, Jambi, serta Surabaya,"

Buah kurma yang dihasilkan dilahannya, diakui Sultan, memang sedikit berbeda dengan kurma yang berasal dari Timur Tengah. Dari segi bentuk, kurma yang dikembangkannya cenderung lebih kecil, dengan tesktur sama namun dari rasa lebih manis.

Terkait perawatannya, kata dia, tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan pohon atau tanaman sejenisnya karena tidak perlu menggunakan pupuk hanya saja dalam proses pembibitan hingga tumbuh harus sering diberikan air.

"Memang masih terlihat aneh sih karena kurma bisa tumbuh diarea dingin tapi memang bisa kok dan ini buktinya," ucapnya.

Unik, Ujang Ciptakan Patung Berukuran 3 Milimeter

(foto: Ujang Sopian/ dok penulis)
Bila membahas tentang inovasi dalam menciptakan hal baru sudah pasti erat kaitannya dengan kelihaian dalam berkreatifitas. Itu pula yang tergambar dari sosok Ujang Sopian, 48.

Warga Kampung Babakan Situ RT04/08, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung itu telah hampir 10 tahun menekuni bidang seni ukir. Yang berbeda Ujang membuat patung mini berukuran hanya 3 milimeter.

Patung mini tersebut jika diukur hanya sebesar satu biji beras lokal. Bahkan detailnya pun tidak dapat dilihat secara kasat mata karena harus menggunakan kaca pembesar.

Saat berbincang dengan penulis, kang Ujang sapaan akrabnya menuturkan, awal mula dirinya membuat patung berukuran kecil hanya iseng untuk mencari variasi dalam menciptakan sebuah karya.

"Di tahun 1999 awalnya saya coba-coba membuat patung mini. Akhirnya bisa dan dari situ terus mencoba hingga saat ini," katanya.

Meski membuat patung berukuran ekstra kecil dianggap tak lazim namun Ujang mengaku menciptakan patung itu  merupakan tantangan terbesarnya. Sebab, kecermatan dan keuletan dibutuhkan untuk menghasilkan satu buah karya.

"Belum lagi, waktu yang dibutuhkan untuk membuat pun tidak sebentar karena perlu kesabaran dan harus dalam kondisi mood kita baik. Kalau mood lagi enak ya lancar tapi jika engga harus diem dulu," tutur dia.

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat patung mini, lanjut Ujang, berasal dari kayu yang kepadatannya bagus seperti kayu jenis senokeling, mahoni dan cendana. Karena, jika menggunakan kayu yang secara tekstur tidak padat maka saat membuat patung akan gampang rapuh.

(foto: hasil karya Ujang Sopian/ dok penulis)
"Untuk alat-alat saya gunakan alat biasa seperti pinset, silet, pisau kecil, kaca pembesar, dan lidi agar patungnya bisa berdiri setelah dibuat," kata pria yang sudah gemar menggambar sejak duduk di bangku SD itu

Dia menjelaskan, berbagai bentuk variasi patung ukuran mini hingga besar juga ikut diciptakannya. Namun dari sekian banyak hasil karya yang ada patung minilah yang di isimewakannya.

Harga patung mini diakui Ujang tidak dibanderol khusus akan tetapi bila ada konsumen yang datang dan tertarik baru dirinya menjual. Itu pun dengan harga seikhlasnya.

"Banyak sih model-model patungnya, dari bentuk orang sampai binatang. Kalau patung mini sejak awal hingga saat ini mungkin sudah saya buat lebih dari 1.000 buah," ungkapnya.

Ayah dari dua orang putra itu juga mengaku dalam memulai karirnya bukan tanpa kendala. Apalagi pertama kali terjun kesektor ini dengan tidak memiliki pengalaman apapun termasuk background seorang seniman seperti pada umumnya.

"Semua (cara membuat patung) saya dapatkan secara otodidak kok. Saya juga sempat menciptakan beberapa hasil karya hingga bisa di jual ke eropa, bekerja sama dengan orang Belgia. Tapi saat itu gagal karena sempat tertipu makanya saya nekad membuka usaha sendiri," tandasnya.

1.000 Kampung Kreatif Segera Hadir di Kabupaten Bandung

(logo: net)
Menata wilayah agar memiliki daya tarik sekaligus untuk meningkatkan skill masyarakatnya saat ini tengah menjadi program Pemerintah Kabupaten Bandung. 

Untuk merealisikan hal tersebut sebanyak 1.000 kampung yang tersebar di 31 kecamatan dan 270 desa dan 10 kelurahan didaerahnya bakal segera diubah menjadi kampung kreatif secara bertahap.

Pembentukan kampung kreatif sendiri dibeberapa kota/ kabupaten di Indonesia memang menjadi salah satu langkah agar mendorong pengembangkan potensi daerah berawal dari lingkungan terkecil. Kehadiran kampung kreatif pun dinilai dapat memberi hal positif terhadap peningkatan kemampuan warganya.

Kepada penulis, Bupati Bandung Dadang M Naser menjelaskan 1.000 kampung kreatif dengan konsep tematik itu hadir untuk mendorong perekonomian rakyat diwilayahnya. Dia berharap program yang kini tengah masuk dalam pembuatan desain daerah yang dipimpinnya bisa lebih tertata.

Dadang mengatakan dengan hadirnya 1.000 kampung kreatif visi Kabupaten Bandung menarik wisatawan berkunjung dapat terdongkrak . Apalagi, daerahnya telah dikenal sebagai surga objek wisata alam. "Kini kami tengah persiapkan rencana untuk pembangunan kota berbasis kampung itu," ujarnya.

Menurut Dadang, dengan berbagai banyak potensi yang dapat digali tentu memberikan peluang besar bagi pemerintah mendapat income lebih besar. Termasuk mendorong dan meningkatkan kesejahteraan warganya. 

"Kami ingin tak hanya wisata alamnya saja yang dikenal dari Kabupaten Bandung, tapi wisata belanja, kemudian wisata budayanya yang telah lama melekat di Kabupaten Bandung," ungkap dia. 

Kampung Mekarlaksana Jadi Percontohan Kampung KB
 
Memasuki tahun 2017 ini ada sebuah kampung di Kabupaten Bandung yang menjadi pilot project (percontohan) nasional sebagai Kampung Keluarga Berencana (KB).  Kampung itu adalah Kampung Mekarlaksan yang berada di Desa Citaman, Kecamatan Nagreg.

Ketua Pusat Pelayanan Terhadap Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bandung Kurnia Naser mengatakan, tahun ini ada 62 lokasi yang berada di 31 kecamatan akan menjadi target pembentukan Kampung KB yang salah satu diantaranya dikawasan Nagreg untuk pilot project. 

Pembentukan kampung tersebut, lanjut dia, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di level terendah. Pihaknya ingin lebih memprioritaskan pembentukan kampung KB di wilayah dengan kriteria daerah miskin, padat penduduk, kumuh, dan di perbatasan. 

"Kami juga ingin mewujudkan keluarga kecil berkualitas dengan semangat sabilulungan dan kemandirian yang tentu sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)," katanya.

Rabu, 01 November 2017

29 Daerah Bakal Mereplikasi Aplikasi Milik Kota Bandung

(foto: dok. Humas Pemkot Bandung)
Sebanyak 29 daerah yang tersebar di Jawa Barat (Jabar), Banten, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam waktu dekat akan mereplikasi beberapa layanan aplikasi milik Kota Bandung.

Daerah yang kini dipimpin Ridwan Kamil dan Oded M Danial itu dinilai memiliki beberapa sistem berupa aplikasi yang sejalan dengan tugas KPK. Salah satu diantaranya berfungsi untuk mencegah serta memberantas praktik korupsi.

Usai penandatanganan MoU, Ridwan mengatakan, bila KPK merekomendasikan agar inovasi smart city Kota Bandung bisa direplikasi oleh kota/kabupaten lain di Indonesia.

"KPK telah memberikan apresiasi kepada Kota Bandung. Tugas KPK itu kan tidak hanya di penindakan tetapi juga di pencegahan,” ungkapnya.

Sesusai dengan kesepakatan bersama, lanjut dia, aplikasi yang akan direplikasi oleh 29 daerah antara lain Hayu!, e-Remunerasi Kinerja (e-RK), dan Sabilulungan.

"Untuk, aplikasi Hayu! merupakan media untuk mengajukan perijinan usaha dengan modal di atas Rp500 juta secara online," katanya.

Lelaki yang akrab disapa Emil itu menjelaskan, melalui aplikasi yang tinggal mengunduh calon pengusaha tidak perlu datang ke kantor pemerintah untuk mengurus berbagai perijinan.

"Karena prosesnya bisa dilakukan secara online sehingga bisa mencegah pertemuan," ucapnya.

Emil menambahkan, aplikasi lainnya yaitu e-RK. Aplikasi tersebut adalah perangkat lunak untuk memantau kinerja aparatur pemerintah.

"Dengan aplikasi itu pimpinan SKPD bisa memastikan para ASN bekerja sesuai tugasnya. Kami berhasil punya sistem memastikan orang bekerja efisien," kata dia.

Aplikasi selanjutnya Sabilulungan, lanjut dia, untuk memfasilitasi hibah dan bantuan sosial (bansos). Melalui aplikasi tersebut, pemohon hibah bisa melakukan pengajuan dana sekaligus melacak proses pengajuannya.

"Dengan aplikasi itu (Sabilulungan) proses pemberian dana hibah tentu transparan," jelasnya.

(foto: dok. Humas Pemkot Bandung)
Ditempat yang sama, Wakil Ketua KPK Laode M Syarif mengamini adanya rekomendasi agar beberpa kota/kabupaten merujuk konsep smart city seperti yang diterapkan Bandung.

"Tujuannya agar sistem yang selama ini manual dan mengandalkan manusia bisa dialihkan ke teknologi," katanya.

Laode mengapresiasi Pemerintah Kota Bandung yang bersedia membukakan pintu bagi KPK dan pemerintah kota/kabupaten di Indonesia memiliki sistem yang serupa dengan Bandung. Aplikasi itu juga akan direplikasi KPK untuk kemudian dipakai oleh pemerintah daerah lain.

“Karena kami melihat aplikasi itu bisa mencegah dan memberantas korupsi jika dipergunakan dengan baik,” katanya.

Inilah Sosok Pertama Yang Mengembangkan Batik Cimahi

(foto: Ria Triwanto/ dok penulis)
Pernah mendengar batik asli Cimahi salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Barat? bila iya mungkin tak banyak yang tahu bila ada sosok yang pertama kali mengembangkan busana tersebut hingga akhirnya populer.

Ria Triwanto, 49, adalah orang itu. Bahkan, atas pencapaian dan kontribusinya Pemkot Cimahi memberikan piagam penghargaan bagi Ria sebagai pengusaha yang pertama kali mengembangkan dan memperkenalkan batik Cimahi.

Kepada penulis, Ria bercerita bila awal karirnya dimulai pada tahun 2009 lalu. Kecintaannya dibidang fashion memantapkan hatinya untuk terjun membuka usaha. Alasannya, memilih mengembangkan busana batik karena memiliki nilai tinggi serta merupakan salah satu identitas negeri sendiri.

Ria yang telah lebih dari 20 tahun menetap di Cimahi itu tak menyangka jikalau design yang dibuatnya sesuai dengan identitas Kota Cimahi yakni motif Kujang, Ciawitali, Curug Cimahi, Pusdik (motif militer) serta yang paling dikenal adalah daun singkong.

Kendati masih berbentuk 'home industri' pesanan dari beberapa kota, serta luar pulau pun ternyata mengalir deras padanya. "Mulai dari konsumen yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, hingga Irian jaya pernah memesan batik khas Cimahi," ujar lulusan STT Tekstil Kota Bandung Jurusan Kimia tahun 1990 itu.

Disatu sisi, Ria mengaku tak pernah bermimpi hasil kreasinya berbuah manis seperti sekarang ini. Terlebih dapat membantu suatu daerah dalam mengenalkan identitasnya melalui busana batik.

"Tentunya ini menjadi kebanggaan tersendiri.  Sebetulnya misi saya hanya berharap dapat memberi inspirasi bagi penggiat usaha serta mengaplikasikan hobi dalam berbisnis," tutur Ibu dari 2 anak itu.

Ria optimis dapat tetap bersaing dengan para penggiat usaha lain termasuk sesama pembisnis dibidang fashion. Sebab, membedakan industri yang saat ini dijalankannya punya ciri khas mengusung nuansa Kota Cimahi.

Selain mengembangkan batik khas Cimahi, Ria pun kini mulai membidik strategi lain yakni menerima pesanan pembuatan batik dari para konsumen termasuk beberapa daerah sesuai dengan permintaan kepadanya.

"Sempat ada permintaan dari Pemkab Bandung Barat dan Pemrpov Jabar juga yang menggunakan jasa kami membuat motif batik," tandasnya.

Kawah Rengganis Jadi Objek Wisata Baru di Bandung Selatan

(foto: Kawah Rengganis atau Kawah Cibuni/ dok penulis)
Bandung selatan memang dikenal sebagai kawasan yang memiliki segudang objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Alhasil setiap musim liburan wilayah yang masuk ke Kabupaten Bandung itu selalu diserbu.

Tak hanya wisatawan dalam kota, luar kota, hingga mancanegara yang berniat untuk menghabiskan waktu menikmati pemandangan alam berbondong-bondong memadati sejumah objek wisata alam.

Namun tahukah anda, bila saat ini hadir sebuah objek wisata alam baru yang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menyedot perhatian. Objek wisata itu adalah Kawah Rengganis atau Kawah Cibuni di Kecamatan Rancabali.

Di objek wisata yang dulunya merupakan situs cagar budaya itu pengunjung bisa mandi air panas dari talang bambu yang ditampung dalam beberapa kolam sederhana. Sambil berendem pengunjung pun dapat menikmati udara segar diantara kepulan asap belerang dan hijaunya hutan Gunung Patuha.

Meski belum dilengkapi dengan fasilitas modern justru kesederhanaan serta suasana alamiah di kawah Rengganis memberikan sensasi berbeda sehingga membawa wisatawan merasakan hal baru ketika berwisata.

Dengan harga tiket masuk sebesar Rp 12.000 per orang, para wisatawan sudah bebas menikmati keajaiban alam yang ada dikawasan kawah yang masih beraroma belerang sangat kuat itu. Keberadaan kawah ini juga tentu menjadi referensi bagi para wisatawan yang akan berlibur.

(foto: Kawah Rengganis atau Kawah Cibuni/ dok penulis)
Juru Kunci Kawah Rengganis/Cibuni Asep Suhendar menuturkan kedatangan para pengunjung selain untuk menikmati alam, tak sedikit juga yang melakukan ziarah. "Disini memang banyak warisan leluhur berupa situs situs. Memang dulu tempat ziarah tapi kini jadi objek wisata begitu dikeola PTPN VIII," ujar Asep.

Dari pengamatan Asep, banyak wisatawan yang mendatangi kawasan Cibuni atau kini dikenal senagi Kawah Rengganis bukan hanya warga lokal. Akan tetapi, dari luar kota hingga mancanegara sempat datang untuk berlibur.

"Seperti turis asal Belanda sempat datang karena penasaran. Tapi memang belum banyak yang kesini seperti ke objek wisata lain bila harus dibandingkan ya seperti kawah putih, atau tempat pemandian lain di Ciwidey," katanya.

Peringati Maulid Nabi, Oded Ajak Umat Muslim Ikuti Jejak Nabi Muhammad SAW

(Wali Kota Bandung Oded M Danial) Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Wali Kota Bandung Oded M Danial mengajak umat muslim mengikuti jeja...