(foto: Tesya Zahradika/ dok penulis) |
Hidup itu memang tak pernah bisa ditebak. Mungkin itulah
ungkapan yang tepat disematkan untuk Tesya Zahradika, 22, warga Desa
Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.
Mahasiswi semester empat Jurusan Film dan Televisi di Institut Seni Budaya
Indonesia Bandung (ISBI) itu malah kini menyenangi bidang broadcasting
padahal sebelumnya sempat bercita cita ingin menjadi seorang pramugari saat duduk di
bangku sekolah.
Pemilik tinggi badan
159 sentimeter itu mengaku awalnya hanya ingin tahu kegiatan dari sang
Ibunda yang kala itu berprofesi sebagai seorang jurnalis di salah satu
majalah. Melihat serunya membuat laporan hasil reportase lalu gadis berkerudung ini berhasrat ingin mencoba mendalaminya.
“Jujur awalnya kepo sih, ikut
kegiatan mamah tapi setelah mulai belajar ternyata asik dan
menyenangkan. Walau emag sempet pengen jadi pramugari tapi ga dijinin,”
ungkap Tesya ketika berbincang dengan penulis.
Setelah itu, Tesya pun mulai belajar sedikit demi sedikit
pengetahuan menulis bahkan sempat menjadi seorang jurnalis cilik saat masuk
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seolah masih merasa ada yang kurang
beranjak ke jenjang pendidikan lebih
tinggi dirinya makin tertarik untuk kembali menggalinya.
“Lagian aku juga
hobi nulis diary, jadi ya selaras dengan jurnalis, asik banget pokoknya
bermain dengan kata-kata. Dari ilmu jurnalistik aku belajar mandiri,
berkomunikasi, ngadepin berjuta karakter lawan bicara, dan belajar
pengalaman narasumber,” katanya.
Diusianya yang relatif muda siapa disangka bila Tesya
pernah magang dan bekerja di stasiun televisi nasional. Bahkan dipercaya sebagai penangggung jawab untuk mendokumentasikan beberapa
even lokal, regional, hingga nasional seperti saat HUT Kota Cimahi tahun
2010 lalu.
Selain itu, dirinya juga mendapat kepercayaan saat gelaran Cimahi Festival, sutradara iklan layanan masyarakat,
animator produksi animasi 'Cimahi Creative', fotografer dan pengarah
gaya produksi stopmotion animasi, serta berbagai pengalaman lain
Putri semata wayang Iwan Herawan dan Evi Riyanti Indri itu
berharap kedepan seiring dengan pilihannya saat ini bisa fokus di bidang
jurnalistik terutama perfilman dengan menjadi seorang
sutradara profesional sehingga mampu menciptakan sebuah hasil karya yang
dapat dinikmati oleh masyarakat.
Tesya juga punya mimpi agar hasil
kreasi para sutradara untuk pembuatan film indie juga bisa mendapat
dukungan. “Film indie itu bisa jadi layar lebar kalau tingkat apresiasi
pengamat film gak cuman dari segi sensasi harus nya bisa lebih baik
kalau semua yang dipertimbangkan itu adalah esensi didalamnya,” tandas
Tesya.