(foto; dok penulis) |
Berdasarkan data yang diterima penulis, terdapat dua desa dikawasan Bandung selatan yang sudah memanfaatkan energi tersebut yakni Desa Pangalengan, di Kecamatan Pangalengan; dan Desa Cisondari, di Kecamatan Pasirjambu. Kini energi terbarukan itu pun telah digunakan sebagai pengganti gas elpiji.
Bahan baku penghasil energi biogas dihasilkan dari 192 ekor sapi. Kotoran sapi yang dihasilkan dari sekitar 3 ekor hingga 4 ekor bisa dimanfaatkan untuk satu unit biodigester dengan kekuatan sekitar 4 kubik dan setara penggunaan biogas untuk 4 jam hingga 5 jam dalam satu harinya.
Untuk memaksimalkan energi terbaruPemkab Bandung memberikan berbagai bantuan seperti 14 biodigester di dua desa yakni Pangalengan dan Cisondari. Selain itu, dilengkapi pula kompor, lampu patromax dan rumah kompos untuk kelompok ternak sesuai sasaran DME.
Ketua Kelompok Tani dan Ternak Sukamenak Rega Kusmana mengatakan, saat ini pihaknya sudah memiliki 28 unit biodigester yang sebagiannya bantuan dari pemerintah yang dimanfaatkan kelompok ternak diwilayahnya.
"Sejak 2012 berjalan hingga saat ini, manfaat energi terbarukan itu sangat terasa bagi para peternak yang utamanya bisa mengganti gas elpiji. Hasil pembuangan limbahnya juga bisa untuk pupuk organik yang digunakan petani," ujarnya.
Saat ini, lanjut dia, pihaknya bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat untuk memanfaatkan teknologi seluri yang merupakan air dari limbah kotoran. Demi mengurangi beban pemerintah dalam subsidi elpiji karena sudah dimanfaatkan lebih dari 20 kepala keluarga.
"Disatu sisi juga menambah pendapatan para peternak dengan memanfaatkan ampas biogas sebagai pupuk organik dan media beternak cacing," tandasnya.