(sumber foto: Dok Humas Pemkot Bandung) |
Bukan hanya dikenal sebagai pusat perbelanjaan Kota Bandung juga memiliki berbagai wilayah yang menjadi pusat atau sentra produksi. Seperti Kecamatan Kiaracondong terdapat sentral
industri keramik yang berdiri sejak tahun 1960.
Salah seorang pengrajin keramik yang masih terus bertahan yaitu Kosim Sundana, 72. Ia meneruskan usaha yang telah dirintis mertuanya pada tahun 1981. Telah sekitar 30 tahun lebih ia memproduksi berbagai macam keramik.
Salah seorang pengrajin keramik yang masih terus bertahan yaitu Kosim Sundana, 72. Ia meneruskan usaha yang telah dirintis mertuanya pada tahun 1981. Telah sekitar 30 tahun lebih ia memproduksi berbagai macam keramik.
"Di tempat saya
banyak membuat kerajinan dari tanah liat, seperti guci, piring, hiasan
dinding , asbak dan masih banyak lagi. Pokoknya saya mah tergantung
ramainya pesanan saja,” ujar Kosim saat ditemui belum lama ini.
Dia menambahkan, proses pembuatan di tempatnya sangat tergantung
kepada cuaca dan lamanya proses pembakaran. "Pembuatan
1 guci besar bisa memakan waktu 2 minggu bahkan lebih. Pengrajin
seperti kami ini sangat tergantung cuaca. Kalau cuacanya cerah akan
lebih cepat," tuturnya.
Kosim
berharap Industri Sentral Keramik di Kiaracondong selalu eksis. Karena
sentral industri keramik merupakan warisan turun-temurun. Agar para pecinta keramik bisa lebih memilih
keramik asli dalam negeri dibanding dari luar.
Pengrajin lainnya, Yuyun Wahyudin, 51, bercerita kiprahnya di bidang industri keramik yang susah ia tekuni sejak tahun 1997. "Sampai saat ini alhamdullilah kami menyuplai ke Aceh, Medan, Lampung, Pekanbaru, Palembang, Banjarmasin, Manado dan NTT dengan omzet Rp 20 juta per bulan,” paparnya.
Pengrajin lainnya, Yuyun Wahyudin, 51, bercerita kiprahnya di bidang industri keramik yang susah ia tekuni sejak tahun 1997. "Sampai saat ini alhamdullilah kami menyuplai ke Aceh, Medan, Lampung, Pekanbaru, Palembang, Banjarmasin, Manado dan NTT dengan omzet Rp 20 juta per bulan,” paparnya.
Untuk
pemasarannya, Yuyun mengaku tidak mengalami kesulitan. Hal itu karena
konsumennya merupakan pelanggannya sejak lama. Hal itu yang membuatnya
mampu memproduksi sebanyak 75-150 keramik setiap hari dengan kisaran
harga Rp 15.000 hingga Rp 1,5 juta.