Senin, 30 Oktober 2017

Satukan Hobi Dengan Azas Kebhinekaan Bersama Community Of Interest (COI)

Masih banyak masyarakat awam yang menilai bila para pecinta kendaraan yang tergabung dalam komunitas hanya berkumpul dan bersenang-senang. Bahkan tak sedikit yang mengidentikan anggota club memiliki gaya hidup ‎hedonis atau hanya mencari kenimatan materi.
Citra negatif itulah yang ingin diubah oleh Community Of Interest (COI) yang bermarkas di ibukota Soreang, Kabupaten Bandung. Komunitas pecinta mobil yang baru berdiri beberapa bulan itu bahkan telah menyiapkan berbagai program prioritas untuk kegiatan para anggotanya.
Mulai dari bakti sosial (baksos), donor darah, penghijauan atau penanaman pohon hingga kampanye tertib berlalu lintas kepada masyarakat menjadi agenda utama dari COI saat melakukan perjalanan (touring) menuju beberapa daerah tujuan.

Uniknya lagi, COI yang beranggotakan dari berbagai elemen masyarakat bukan sebuah perkumpulan pecinta mobil dari satu merk atau generasi tertentu yang biasa terbentuk. Tetapi dari beragam tatanan yang hobi mengoleksi mobil lawas hingga mobil keluaran teranyar.
(foto: Community Of Interest (COI) yang bermarkas di ibukota Soreang, Kabupaten Bandung tengah berfoto bersama/ dok penulis)
Saat berbincang dengan penulis, Pembina Komunitas COI Deny Fourtjahjanto mengatakan, meski berbeda dengan yang lain namun keberagaman yang ada dikomunitasnya malah semakin mempererat tali silaturahmi sesama pengoleksi kendaraan roda empat.
"Ya kurang lebih seperti halnya azas Bhineka Tunggal Ika yang bermakna meski berbeda-beda tetapi tetap satu jua," kata Deny.

Deny juga mencatat bila anggotanya bukan hanya berasal dari wilayah Bandung namun dari beberapa daerah lain di Indonesia mulai dari Sragen, Surabaya, Manado dan lain-lain. Sebagai salah satu pembina, dirinya juga tak pernah berhenti dan selalu mengamanatkan seluruh anggota yang mau bergabung agar menghargai perbedaan yang ada.
"Moto komunitas kami itu semua sama, semua saling peduli," ucap dia.

Disatu sisi, Deny berharap  dengan hadirnya komunitas ini secara perlahan dapat mengubah mindset masyarakat terkait penilaian yang telah melekat kepada para komunitas dan pecinta kendaraan. Dirinya juga mengakui masih banyak yang melihat negatif anggota club.
"Kerap dinilai hura-hura, mengganggu lalu lintas saat touring. Itu yang ingin kami ubah. Banyak kegiatan sosial kok yang telah kami agendakan untuk masyarakat," tutupnya.

Bridge Hiphop Street Academy (BHSA) Sukses Menelurkan Dancer Profesional

Awalnya hanya sekedar ingin mewadahi agar para generasi muda di Kota Bandung yang memiliki potensi di bidang seni tari modern atau modern dance dapat lebih terakomodir dengan baik. Namun siapa disangka seiring dengan berjalannya waktu kehadiran Bridge Hiphop Street Academy (BHSA) yang berada di Jalan Pungkur nomor 216 B, Kota Bandung, malah menjadi sarana belajar yang berhasil menelurkan sejumlah penari (dancer) profesional.

(foto: Beberapa penari tengah berlatih di Bridge Hiphop Street Academy (BHSA) yang berada di Jalan Pungkur nomor 216 B, Kota Bandung/ dok penulis)
Akademi yang digagas para penari profesional yang tergabung dalam kelompok dance ‘RocketCrew’ mulai berdiri pada tahun 2010. Segudang prestasi pun berhasil diraih oleh para penari yang mengikuti pelatihan di BHSA hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.

Mulai lomba modern dance untuk tingkat nasional hingga internasional diantaranya mewakili gelaran Olimpiade hiphop di Taiwan, juara 2 Singapore Dance Delight, perkawakilan di Japan Dance Delight, dan mewakili di ajang Gatsby Styling Dance merupakan rentetan event yang dilalui para dancer yang mayoritas warga asli Bandung itu.

Bahkan keberadaan lokasi private (les) menari ini dinilai menjadi trendsetter dalam pergerakan komunitas para penari hiphop di Jawa Barat. Saat berbincang dengan penulis, Founder BHSA Bandung Seffy Steven mengatakan, setiap orang yang belajar ditempatnya akan mempelajari berbagai hal terkait dance hiphop mulai dari level basic (pemula), intermediate, hingga advance (lebih tinggi).

Sebagian instrukstur di HBSA juga merupakan dancer profesional yang tergabung di komunitas RocketCrew sebuah kelompok dancer hiphop Bandung.
“Tempat ini emang sengaja didirikan untuk memberi ruang berekspresi para remaja di Kota Bandung yang tertarik dengan tarian modern dance terutama hiphop untuk mendalami,” ujar Seffy.

Seffy yang menjadi perintis awal tempat privat menari itu juga berharap kehadiran BHSA ini selain sebagai sarana berkumpul dapat pula menjadi rumah bagi generasi muda kedepanya yang menyukai jenis tarian tersebut. Sejak resmi berdiri hampir 5 tahun tercatat sekitar 250 remaja menjalani pembelajaran ditempatnya.

(foto: Beberapa penari tengah berlatih di Bridge Hiphop Street Academy (BHSA) yang berada di Jalan Pungkur nomor 216 B, Kota Bandung/ dok penulis)
“Saya pribadi ya pengennya ada regenerasi dari para dancer serta bisa mewakili Indonesia di ajang international apalagi saya liat banyak yang kaula muda Bandung memiliki potensi sangat besar di bidang tari ini. Kan tidak ada hiphop tanpa keterpaduan antara musik dan tari,” ucapnya.

Meskipun banyak yang menganggap budaya hiphop ini negatif di tempat asalnya di Bronx, Amerika Serikat, namun bagi Seffy bahwa dirinya beserta anggota komunitasnya ingim mengambil sisi positifnya saja. Sehingga spirit itulah yang saat ini ditawarkan olehnya sehingga bisa mengembangkan tempat les menari.

“Terlebih yang saya tahu hiphop itu sudah masuk cabang olahraga. Dan sejak BHSA berdiri respon dari masyarakat terutama anak remaja sangat baik. Kedepanya kami berharap bisa kembali membuka tempat belajar serupa ditempat lain dengan harapan kembali memfasilitasi mereka yang punya hobi atau ketertarikan menari tarian modern,” tandasnya.

Produk Lokal Bandung Berhasil Melanglang Indonesia

Menjadikan produk hasil olahan sendiri hingga akhirnya mampu dipasarkan ke sejumlah daerah di Indonesia hingga luar negeri nampaknya tak pernah terbayangkan oleh Rosdiana, 42. Bahkan, warga Cijaura Girang, Kelurahan Sekejati, itu juga menjadi salah satu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berhasil menyabet penghargaan dari pemerintah pusat mewakili Kota Bandung di ajang UKM Pangan Award November lalu.

(foto: Rosdiana/ dok penulis)
Saat berbincang dengan penulis belum lama ini di kawasan Dalem Kaum, mantan pengajar itu mengaku sangat bangga atas pencapaian usahanya di bidang kuliner yang dilakoninya sejak tahun 2012. Pasalnya, bukan tanpa perjuangan ketika olahan kentang miliknya yang bisa dikatakan baru harus bersaing dengan produk makanan yang telah lebih dulu merajai pasar.

“Selain harus berfikir keras staratehi pemasaran, saya juga secara tidak langsung dituntut harus bisa menciptakan sebuah inovasi terutama varian agar olahan yang dibuat tak sama dengan yang lain,” ujar Ibu Ros sapaan akrabnya itu.

Akan tetapi, lanjut dia, dengan semangat dan kerja kerasnya dengan mengikuti berbagai pameran disejumlah daerah serta berkat didukung oleh pemerintah setempat olahan singkong yang diproduksinya dengan nama ‘Kentang Kuring’ secara perlahan bisa beredar luas. Bahkan menurut Ibu Ros hanya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun sudah beredar di seluruh Indonesia.

“Alhamdulilah mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Bali meminta pesanan kepadanya. Kini saya juga dah punya reseller dari Malaysia yang tertarik dengan produk ini,” ungkapnya.

Perlahan tapi pasti, Ibu Ros pun mulai mendapatkan omset hingga jutaan rupiah dari keripik kentang yang dibenderolnya dengan harga murah antara Rp5.000 hingga Rp10.000 itu. Bukan hanya itu saja, strategi penjualan melalui akun media sosial nya pun seperti Facebook, Twitter, dan Istagram kini dibanjiri pesanan baik dalam maupun luar kota termasuk dari pengusaha supermarket.

“Dibantu pemerintah (Pemkot Bandung) saya juga bisa secara perlahan melengkapai berbagai syarat agar produk bisa dipasarkan lebih optimal seperti label halal, PIRT hingga kemasan yang lebih baik dari sebelumnya,” katanya.

Melihat peluang yang cukup besar, tambah dia, dirinya kini mulai melebarkan sayap dengan kembali memproduksi olahan makanan lainnya yang berbahan kentang dan singkong dengan menyiapakan varian lebih unik. Ros juga mengaku tak begitu khawatir dengan dibukanya pasar bebas atau Masyakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dikhawatirkan mengancam produk dalam negeri.

“Saya fikir itu jadi momentum kebangkitan kita untuk bersaing dengan produk luar, baik itu kuliner, fashyen, maupun lainnya. Bukti nyata saat ini kan banyak juga produk lokal Bandung bisa ada diluar negeri tak kalah. Tinggal seperti apa teknik dan strategi yang harua disiapkan saja,” tandasnya.

Peringati Maulid Nabi, Oded Ajak Umat Muslim Ikuti Jejak Nabi Muhammad SAW

(Wali Kota Bandung Oded M Danial) Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Wali Kota Bandung Oded M Danial mengajak umat muslim mengikuti jeja...